Ritual Kematian "Ijame", Hari ke 7 dan 8

Hari ke 7 : Nansaran

Mantir papuyan pada hari ini membuat selasar tempat pelaksanaan pembakarannya nanti.. dan pada hari ini papuyan sudah harus selesai bentuk fisiknya sehingga siap digunakan pada hari ke 9 nanti.. Mantir yang lain tetap mnjalankan fungsinya dan pada malam harinya tetap dilaksanakan pekerjaan wadian beserta para mantir adat.

 

Hari ke 8 : Munu
 

Pada hari ke 8 ini banyak dilaksanakan oleh wadian pisame dan para undangan khususnya semua Damang beserta perangkatnya dan tokoh-tokoh masyarakat. Penombakan hewan kurban baru bisa dilaksanakan setelah tengah hari yang sebelumnya didahului oleh wadian sebagai penghantar doanya.. hewan kurban di ikatkan di baluntang (patung kayu besar terbuat dari ulin), buntut dari kerbau tersebut diikatkan sebuah “lutut” yang dibakar lalu kerbau tersebut dibawa memutar baluntang sebanyak 7 kali sebelum ditombak. Pada saat sebelum penombakan, salah satu mantir mengumumkan tentang aturan adat apabila ada kejadian yang terjadi pada saat penombakan kerbau yang mengakibatkan kematian pada masyarakat yang menonton dan hanya akan dibayar denda dengan sebuah piring malawen. Setelah mati dan sebelum di potong, hewan kurban tersebut ditangisi terlebih dahulu oleh pisame.

Pekerjaan yang dilakukan oleh Mantir Papuyan pada hari ini adalah mempersiapkan wadah pembakaran (perapian) yaitu dengan meletakkan tanah/tanah liat yang dimulai dengan kalimat2 khusus. 4 Tiang "ari wulila" dililitkan dengan "widuru" lalu disiapkan kayu "panring" dibelah 2 dan disandarkan di dinding perapian sebagai penghalang agar tiang ari wulila tidak ikut terbakar. Setelah semua siap, maka papuyan siap digunakan pada esok harinya.

Malam hari seperti biasanya, wadian menyampaikan syair doa dan menghantarkan sesaji yang sudah disiapkan, dan para mantir melaksanakan pembicaraan adat untuk acara esok harinya.