Nariuk

NARIUK

Dalam kehidupan masyarakat dayak di Kabupaten Barito Timur tidak terlepas dari pemanfaatan sungai sebagai sumber mata pencaharian. Tetapi dalam memenuhi hal tersebut, masyarakat selalu berdasarkan kearifan lokal yang berlaku di wilayahnya.

Ada salah satu kebiasaan masyarakat dalam mencari ikan yang dilakukan secara tradisional, yang disebut dengan Nariuk. Cara ini biasanya dilakukan pada saat musim kemarau dengan menggunakan tombak khusus. Tombak ini disebut dengan Tariuk, yang mana bilah tombak terbuat dari bambu yang panjang dan ujungnya menggunakan besi tajam. 

Masyarakat berkumpul di bagian sungai yang lebih dalam dan menombakkan tariuknya secara serampangan ke dasar sungai. Yang uniknya apabila ujung tariuk mengenai sasaran, maka ujung lainnya akan bergetar dan mengeluarkan bunyi. Apabila ikan terkena tombak, maka harus segera menyelam untuk mengambil ikan tersebut. Kemampuan menyelam masyarakat Dayak di Barito Timur sangat teruji, mereka biasanya mampu menyelam hampir selama 5 menit. Kedalaman air biasanya lebih dari 4 meter dan ikan yang ditombak berada pada dasar sungai. 

Wilayah yang terkenal sebagai lokasi Nariuk adalah di Desa Pulau Patai karena wilayah ini banyak memiliki ikan yang besar dan aliran sungainya berujung pada Sungai Barito. Wilayah yang juga merupakan pusat wisata pemancingan ini memang terkenal ahli dalam mencari ikan secara tradisional. Di desa Pulau Patai akan dilaksanakan sebuah festival Nariuk dan akan dijadikan agenda tahunan Kabupaten Barito Timur. Pada kegiatan itu akan berkumpul para ahli Nariuk untuk bersama-sama melaksanakan Nariuk Adat.