Ritual Kematian "IJAMME", Hari Ke 9 MAPUI

Hari ke 9 : Mapui
 

Pada hari pengkremasian ini dilaksanakan sejak pagi hari, para wadian membacakan doa2nya dan setelah semuanya siap para mantir papuyan pun mengangkat rarung(peti mati)dan turun dari balai melewati tangga khusus para arwah yang disebut dengan TUKAT ADIAU. Mereka membawa rarung tadi beserta ranting pohon yang dihiasi dengan makanan2 dan uang yang disebut dengan jarau adiau(pohon arwah) melewati jalan yang sudah ditentukan menuju tempat pengkremasian. Bunyi-bunyian gong menandakan bahwa rombongan mengantarkan rarung menuju kesana. Ada hal yang harus diperhatikan para masyarakat yang ingin melihat prosesi tersebut, harus membawa sebilah kayu/ranting sebagai tongkat yang sudah disediakan untuk masuk ke dalam lokasi karena diyakini agar tidak tersesat.

 
Sesampai disana mantir memulai prosesi dengan membuat lubang di setiap ujung rarung sebagai jalan untuk memasukkan minyak tanahnya nanti. Setelah di lubangi lalu rarung tersebut disandarkan di dinding perapian dengan posisi kepala diatas, barulah disiramkan minyak tanah ke dalam lubang tadi. Sebelum dibakar Mantir mengucapkan beberapa syair seraya memukulkan anak ayam ke rarung tadi lalu dilemparkan melewati rarung tersebut. Setelah selesai tahapan prosesinya barulah dibakar lewat lubang yang di bawah(tidak membakar rarungnya tapi tulangnya yang agar tidak tercampur dengan abu kayu). 

Rarung tersebut tidak terbakar secara keseluruhan, apalagi pada bagian dasarnya. Abu dari tulang tersebut akan terkumpul di lubang bawah rarung tadi, apabila dirasa sudah cukup lalu abu dan sisa-sisa tulang dikumpulkan dan dibersihkan menggunakan air kelapa. Kemudian abunya  diletakkan di dalam gong dan digendong menggunakan kain sinai. Para keluarga pun meletakkan uang-uang mereka diatas abu tadi sebelum di bawa ke halaman balai.

Sesampainya disana para wadian sudah menunggu dihalaman balai untuk melaksanakan prosesi menyucikan abu tadi sebelum diletakkan ke dalam peti besar yang disebut dengan "tamak". Peti besar atau Tamak ini merupakan tempat khusus yang mana seluruh abu keturunan mereka sejak zaman dahulu yang sudah melalui prosesi ritual Ijamme diletakkan pada satu tempat. Pada malam harinya para mantir menutup dengan pembicaraan adat sekaligus merencanakan tahapan-tahapan selanjutnya yang berkaitan dengan pasca ritual inti 9hari 9malam tersebut. Prosesi inilah yang diyakini pemeluk hindu kaharingan Paju Epat sebagai tingkat terakhir untuk mencapai surga.

Pasca ritual inti dilanjutkan dengan menunggu/menjaga balai selama 7hari 7 malam, apabila tidak dijaga atau ditinggalkan maka akan di denda adat sehingga segala aktifitas harus didalam balai. Setelah selesai barulah dilaksanakan prosesi siwah/nulak(terdapat sebuah prosesi memecahkan mangkuk saat menari mengelilingi tiang di tengah balai, merupakan sebuah simbol perpisahan pihak keluarga dengan arwah yang telah dihantarkan tersebut), isampulawu, imanu papas. Semua itu merupakan rangkaian prosesi Ritual Ijamme sejak nganru aning sampai ritual pembersihan kampung dari pengaruh2 negatif selama kegiatan.