Ritual Kematian "Ijame", Hari 1 : TARAWEN

Seluruh pelaksana ataupun yang terkait dengan pelaksanaan ijame ini baik itu wadian, pisame, mantir paju, mantir tueh, pihak kedamangan, dan lainnya berkumpul di balai untuk berbagi tugas dan kewajiban. Sebagian membuat tempat menggantungkan gong yang berjumlah 9 buah, sebagian membuat "idaran" manta atau disebut altar tempat meletakkan peti yang akan dibakar nantinya, sebagian lagi meraut papan dan rarung. tugas perempuan memasak dan mempersiapkan sesaji yang akan digunakan nanti.. pada hari ini para Mantir papuyan tidak melaksanakan tugas mereka di lokasi pengkremasian.

Pada hari Tarawen ini, akan dilakukan proses Ibungkat yaitu pembongkaran kuburan untuk mengangkat tulang orang yang akan dikremasikan tersebut. Hanya saja pelaksanaannya harus dilakukan setelah tengah hari, jadi setelah Mihanrawai atau makan bersama barulah dilaksanakan proses Ibungkat. Tulang-tulang yang berasal dari desa setempat bisa dilaksanakan proses ibungkat pada hari Tarawen ini, di bersihkan lalu dimasukkan ke dalam Rarung. Apabila ada peti mati yang dibawa dari desa lain, maka satu hari sebelum hari Tarawen harus diletakkan di batas desa tempat pelaksanaan ritual tersebut. Baru di keesokan harinya pada hari Tarawen dibawa ke dalam balai.

Rarung-rarung yang sudah siap langsung dibawa kedalam balai untuk diletakkan di atas Idaran. Setelah rarung tadi selesai diletakkan, langsung para mantir membuat lukisan-lukisan di papan Idaran yang disebut nyurat. sebagian mempersiapkan kelengkapan-kelengkapan yang dipasangkan di idaran maupun rarung tadi hingga segala sesuatunya siap untuk diprosesikan oleh wadian pada malam harinya.

Para mantir pun pada malam harinya berkumpul melaksanakan pembicaraan adat dan pembicaraan tentang kegiatan selanjutnya besok hari. Proses musyawarah ini disebut harung mantir, pada proses ini para tokoh adat berkumpul dan wajib menggunakan bahasa adat yaitu bahasa sastra kuno “Pangunraun”.