
WADIUNG/BELAYUNG
Belayung atau Wadiung merupakan salah satu alat tradisional yang digunakan dalam pekerjaan sehari-hari masyarakat Dayak tempo dulu. Fungsinya untuk menebang pohon, memotong batang dan untuk membelah. Begitu pentingnya Belayung bagi masyarakat lokal sehingga alat tradisional merupakan salah satu peralatan yang wajib dimiliki tiap kepala rumah tangga. Bahan – bahan untuk membuat belayung adalah besi yang dibentuk tajam, dan runcing, serta Rayan atau tangkai belayung dari kayu. Bahan membuat Rayan atau tangkai belayung itu tidak sembarangan, harus dari sejenis akar yang besar atau disebut Mantawingan. Itu memang terbentuk seperti akar yang bercabang kiri dan kanan, akar tadi dipotong dengan sedimikian rupa supaya mempermudah dalam proses penganyaman tempat penancapan besi belayung tadi.
Rotan yang sudah dihaluskan kemudian dianyam sedemikian rupa mengikuti ujung tangkai belayung dan bentuk belayung sehingga saat sudah selesai akan terbentuk lubang untuk menancapkan besi belayung tadi. Besi tajam tadi agar tidak lepas waktu dipakai, dimasukan tali rotan melewati lobang yang ada dibagian atas Belayung/Wadiung kemudian di ikat keatas supaya lebih kuat lagi. Kayu tangkai belayung tadi supaya mudah untuk dipegang, dibuatkan pegangan dari kayu hampul atau kayu ringan yang diletakkan pada ujung tangkainya. Agar tidak mudah terlepas biasanya ada perekat khusus disebut Kasipei yang di masukkan ke dalam lubang pegangan tangkai Belayung tadi.
Tangkai belayung biasanya dipanaskan diatas api agar memudahkan untuk meluruskan atau melenturkan sesuai keinginan, hal ini juga bisa membuat tangkai belayung jadi lebih kuat dan mudah untuk digunakan. Untuk mengasah besi belayung ini pun tidak bisa sembarangan, karena harus diasah secara berulang-ulang dibatu asahan dan harus selalu terarah kearah luar. Maksudnya agar belayung tersebut tidak bisa melukai orang yang memakainya kalau asahan ke arah bagian dalam itu dipercayai bisa melukai orang yang memakainya nanti.