MUAI WANI ( CARA MENGAMBIL SARANG LEBAH DIATAS POHON )

Kayu Lalutung atau pohon Taniran merupakan jenis pohon yang sering dijadikan sebagai sarang oleh lebah di Kalimantan. kayu lalutung atau Taniran ini ada dua macam warna, ada yang berwarna hitam dan ada yang berwarna putih. Kebanyakan lebah bersarang dipohon kayu lalutung / Taniran yang berwarna putih. Dahan kayu lalutung ini agak lentur dan memiliki banyak ranting yang tumbuh, kayu ini biasanya berada didaerah pinggiran sungai dan didahan kayu inilah kelompok lebah sangat suka bersarang. Pohon kayu lalutung atau Pohon Taniran memiliki bentuk pohon yang sangat besar dan tinggi, sehingga biasanya lebah ini bersarang pada ketinggian 50 – 100 meter bahkan bisa lebih. Apabila sudah melihat sarang lebah, hitung tanggal mulai bersarang jika sudah berumur tiga puluh hari lebih biasanya sarang lebah ini sudah berisi madu dan anak lebah sehingga sudah bisa diambil. Bisa juga dilihat dari kelenturan sarangnya, jika sudah lentur dan berbentuk bundar kebawah berarti sudah bisa diambil.

Kemudian tata cara mengambil madu lebah tadi, hal pertama yang kita lakukan yaitu membuat tangga pada pohon tersebut. Tangga tradisional yang  dibuat dari kayu dan ditancapkan dipohon disebut dengan pasak. Jarak setiap pasak diatur dengan jarak ± 50 cm dari bawah hingga keatas pada pohon. Pasak tersebut terbuat dari kayu yang keras seperti kayu Palawan atau kayu balangeran, sehingga jika ditumbuk atau ditancapkan ke pohon tidak mudah patah dan bisa bertahan lama. Kemudian disetiap pasak tadi diikatkan kayu sebagai tempat berpegang dan pasak tadi sebagai pijakan kaki untuk naik. Kayu tempat pegangan tangan tadi diikat menggunakan akar kayu kararaya, karena akar ini merupakan salah satu bahan alami yang biasa digunakan untuk mengikat.  Sesuai kebiasan masyarakat lokal, membuat pasak ini bisa mencapai beberapa hari dan tergantung dari tinggi pohonnya.

Apabila sudah selesai membuat tangga atau sigai untuk naik tadi, kemudian dilanjutkan membuat tali untuk menarik ember atau kaleng besar tempat meletakkan madu atau dalam Bahasa daerahnya disebut Uyur. Tidak hanya madu, tetapi anak lebah atau Harat yang masih dalam sarangnya pun juga ikut diambil.

Untuk mengusir lebah biasanya pengambil madu terlebih dahulu mempersiapkan bahan untuk membuat asap yang dibawa naik keatas. Untuk membuat asap ini masyarakat lokal membuat “lutut” untuk dibakar yang bisa mengeluarkan asap yang banyak. Bahan untuk membuat lutut yaitu dari kulit pelepah kelapa (upung) diris dan ditumbuk-tumbuk sampai halus lalu diikat sehingga saat dibakar apinya tidak terlalu menyala dan hanya mengeluarkan asap saja.

Biasanya mengambil sarang lebah pada malam hari yaitu dimulai dari jam delapan malam, karena resiko tersengat lebah agak sedikit berkurang pada malam hari. Menurut kepercayaan dan kebiasaan masyarakat lokal, sebelum naik pohon itu harus ada syaratnya dengan membaca mantra-mantra agar jangan diganggu oleh roh-roh halus. Bahkan ada memiliki kemampuan spiritual yang bisa “membungkam” atau membuat lebah tadi tidak bisa menyengat.

 Jika seluruh persiapan dirasa sudah cukup, bisa naik pohon sambil membawa lutut yang sudah dihidupkan. Jumlah orang yang naik ke pohon ini bisa lebih dari satu untuk memudahkan dalam pengambilan madu dan harat lebah tersebut. Kembali sesuai kebiasaan dan tradisi orang pada zaman dulu,  sebelum mengambil madu tersebut secara keseluruhan maka kita wajib terlebih dahulu mengambil sedikit madu dan haratnya untuk diberikan kepada roh-roh halus ( sipulun ), baru setelah itu bisa diambil sarang –sarang lebah tadi secara serentak. Dalam proses pengambilan sarang madu secara tradisional ini memang tidak mudah, saat diatas dan mengambil sarang madu pun biasanya pengambil madu sambil melantunkan syair-syair tumet leut. Asap dari lutut tadi ditelakkan dibawah sarang lebah sehingga lebah-lebah  tersebut akan pergi karena tidak kuat terkena asap tadi. Selain itu kita harus cekatan mengambil sarang dan madunya lalu dimasukkan kedalam ember lalu diturunkan secara perlahan kebawah menggunakan tali dan disimpan ditempat penampungan, cara ini dilakukan secara berulang-ulang sampai sarang dan madu yang ada diatas habis terambil. Kemudian jika masih banyak yang masih belum terisi madu, lebih baik ditinggalkan dulu untuk beberapa saat atau beberapa hari dan jika perkiraan sarang tersebut sudah ada madunya baru kita bisa mengambil madunya dengan cara seperti diatas tadi.