Muau sebuah tradisi lokal penanaman padi di ladang

Nawu atau menjatuhkan benih.

Memulai kegiatan dengan mempersiapkan sebuah bilah kayu besar dan didirikan di tengah ladang dan di pucuk kayu tersebut di belah empat untuk meletakkan sesaji seperti telur, beras, dll.

Mantir adat menjatuhkan benih di satu lubang dengan 1 benih, dua lubang masing-masing 3 benih, tiga lubang masing-masing 5 benih, dan lima lubang masing-masing 9 benih. Mengelilingi tiang kayu tadi sambil menghambur sekam dari benih padi. Di bawah tiang kayu tadi di tanam beberapa tumbuhan khusus seperti Sakur Dariangau, Rirung Kamat dan Padi. Waktu pelaksanaan syarat memulai proses penanaman padi ini wajib dilaksanakan subuh hari.

 

Tata Cara melaksanakan penanaman padi

  • Bakas Palus atau Nyuan. Caranya adalah secara berurutan dari pinggir ladang, bolak balik sampai dengan sisi lainnya.
  • Bakas, agak lebih pendek dari jalur Bakas Palus.
  • Sasurung, kalau sudah selesai satu jalur, lalu berpindah untuk membuat jalur yang baru.
  • Pangkat, membuat baris dari kumpulan beberapa jalur yang dibuat disebut Pangkat Malanungkai, Pangkat Penah, Pangkat Pangasutan.
  • Marapelu, dimulai penanaman benih padi dari tiang kayu yang diletakkan di tengah- tengah ladang.

Masyarakat Dayak Ma’anyan khususnya memiliki sifat gotong royong dalam pelaksanaan Mu’au ini, biasa disebut dengan Pangandrau Muau. Yang mana setiap kelompok keluarga yang berladang akan secara bergiliran membantu keluarga lainnya, demikian pula sebaliknya bagi yang telah dibantu pasti akan ikut membantu menanam padi orang yang telah membantunya.