Potensi Wisata Religi Sejarah umat Kristiani di Tamiang Layang

            Apabila memasuki kota Tamiang Layang dari arah selatan kita akan melihat dari kejauhan sebuah Gedung yang terlihat seperti di tengah jalan raya, gedung tersebut adalah Gereja pertama yang ada di Tamiang Layang dengan sejarah panjangnya. Gereja Palanungkai yang awalnya di bangun pada tahun 1933 ini telah beberapa kali di renovasi, tetapi tidak jauh berbeda dengan bentuk asalnya dan foto-foto dokumentasi yang diambil oleh para misionaris masih tersimpan rapi oleh beberapa masyarakat. Yang menarik adalah masih adanya bukti fisik yang masih dipertahankan seperti 2 buah papan bertuliskan ejaan lama yang menggunakan Bahasa Ma’anyan dan sebuah Lonceng besar berasal dari gereja kecil di Beto yang sudah ada sejak mulai masuk misionaris-misionaris pada abad ke-19. Dari awal berdirinya Gereja Palanungkai sampai sekarang, lonceng tersebut masih dibunyikan sebagai penanda untuk dimulai Ibadah di Gereja dan tanda apabila ada umat Kristen yang meninggal, warga pun langsung tahu perbedaan dari bunyi lonceng tersebut.   

            Selain beberapa bukti fisik sejarah tentang perjalanan misi Kekristenan di Tamiang Layang, tidak jauh dari Gereja tersebut terdapat Makam seorang Misionaris dari Jerman yang bernama ERNST WILHELM FIEGE dan biasa dipanggil Tuan TIJE oleh masyarakat setempat. Beliau bersama misionaris Tromp awalnya di utus ke Desa Telang, kemudian Tuan Tije memutuskan ke Tamiang Layang seorang diri untuk membuka kembali misi yang pernah dilakukan oleh misionaris Klammer sebelum Perang Banjar (1859). Sampai akhir hayatnya beliau tetap ingin berada di Tamiang Layang dan akhirnya meninggal pada Tahun 1901 dan dimakamkan tidak jauh dari gereja bersejarah Tamiang Layang, Gereja Palanungkai.

            Ulasan tentang beberapa bukti sejarah perjalanan umat Kristiani suku Dayak pada umumnya dan Suku Dayak Ma’anyan pada khususnya di Barito Timur merupakan bentuk cerita sejarah yang dapat dijadikan sebuah konsep wisata religi untuk memperkaya wawasan keagamaan dan memperdalam rasa spiritual umat Kristiani. Bisa kita ambil contoh, beberapa foto-foto dokumentasi atau miniatur Gereja Palanungkai pertama yang dibangun dan bukti dokumen perjalanan sejarah Gereja Palanungkai dimungkinkan untuk di pamerkan dalam sebuah galeri  khusus yang terintegrasi dengan lokasi Makam misionaris Tuan Tije.

Kawasan Makam yang terletak di atas tanah milik GKE Resort Tamiang layang ini dapat dibentuk menjadi sebuah Taman yang ditata sedemikian rupa sehingga nyaman untuk dikunjungi. Wisata religi ini pun dapat dipadu dengan wisata susur sungai kota, mengingat lokasinya yang berada persis di pinggir bantaran sungai Sirau yang membelah kota Tamiang Layang. Lokasi strategis yang berada di tengah-tengah kota Tamiang Layang dengan kemudahan akses dan pendukung lainnya membuat kawasan ini sangat berpotensi menjadi tujuan kawasan wisata religi dengan segmentasi pasar wisatawan minat khusus dalam daerah, bahkan dimungkinkan dapat menarik kunjungan wisatawan Mancanegara dari Jerman atau negara lainnya.