Rahasia Makna dalam Motif Anyaman Rotan

Sebagai salah satu ciri khas Kalimantan Tengah, terutama masyarakat Dayak, kerajinan anyaman rotan merupakan salah satu komoditas yang patut diperhitungkan. Sebagai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, kegiatan menganyam rotan sering dilakukan di sela-sela waktu setelah berladang atau mengurus rumah tangga. Anyaman rotan lebih sering dibuat secara fungsional, sebagai tas (anjat, rambat, lampunyut, lanjung, keba, dalam berbagai bentuk dan nama sesuai daerahnya) atau tikar. Anyaman tikar dengan motif tertentu sering dipakai dalam ritual adat, baik dalam ritual penyembuhan dan upacara pernikahan.

Seiring perjalanan waktu, anyaman rotan bukan lagi menjadi benda yang memenuhi satu-dua fungsi tertentu tapi juga banyak fungsi lain. Semakin anyaman rotan dikenal luas, kegiatan menganyam rotan tidak lagi dilakukan di sela-sela waktu, melainkan dijadikan mata pencaharian. Permintaan akan anyaman rotan pun meningkat, selain rotan sendiri dijadikan sebagai dekor serta furnitur rumah modern, anyaman rotan menjadi aneka komoditas komersil. Variasi produk anyaman rotan dengan berbagai bentuk dan gaya, baik yang polos dan bermotif, maupun asli dan dimodifikasi sudah menjadi industri tersendiri. Tikar rotan pun tidak lagi menjadi pusaka atau alat dalam ritual, atau memenuhi fungsi sebagai alas duduk, tapi kini menjadi bahan baku produk fashion dan dekorasi.

Pada jaman modern seperti sekarang ini, produk rotan selain menjadi cinderamata bagi wisatawan dan pendatang, juga menjadi simbol identitas kesukuan dan budaya. Hampir semua masyarakat Dayak Kalimantan memiliki paling tidak satu benda anyaman rotan, baik yang diwariskan turun-temurun maupun yang dibeli secara bebas. Sedang pengrajin yang memiliki keterampilan menganyam rotan kini semakin berkurang, selain karena bahan baku sulit dicari juga karena kegiatan menganyam cukup menyita waktu, belum lagi kerumitan pekerjaannya. Bukan itu saja, kerajinan anyaman rotan terdegradasi dari karya budaya menjadi sesuatu yang komersil.

Motif anyaman rotan yang begitu beraneka dari berbagai daerah di Kalimantan bukannya tanpa makna. Sebagai karya seni, motif pada anyaman rotan merupakan gambaran dari kehidupan sehari-hari dan spiritual masyarakat Dayak. Misalnya masyarakat Kalimantan Tengah mengenal Batang Garing sebagai simbol pohon kehidupan dimana yang motif anyaman tikar rotannya sering dipajang dalam bingkai di rumah-rumah masyarakat Dayak. Itu salah satu motif anyaman rotan yang paling populer, namun ada begitu banyak motif anyaman rotan lain yang sayangnya hanya pengrajinnya saja yang tahu. Sedang pemakai produk rotan tersebut tidak mengetahui maknanya. Beberapa motif yang sering ditemui antara lain adalah motif Kariau (Siluman/ Hantu Hutan), yang sering membantu pemburu atau pemancing mendapatkan hasil buruan/ pancingan. Ada pula motif bunga jeruk, sebagai penangkal roh jahat bagi ibu hamil atau kincir angin sebagai simbol putaran kehidupan. Ada motif mata ikan, simbol dari kejelian dalam menjalani hidup. Juga ada motif sengkakau belang, yaitu fase kehidupan yang kadang naik kadang turun. Ada pula motif paku-pakuan atau pakis, sebagai sayur yang sering dikonsumsi masyarakat Dayak, juga sebagai gambaran lika-liku kehidupan. Ada begitu banyak motif anyaman yang masih belum banyak dimengerti maknanya oleh orang awam, termasuk masyarakat Dayak sendiri. Penting bagi kita untuk memahami makna-makna dari motif ini, sebagai cara menjembatani dan menghargai nilai budaya kita.